Saatnya Menteri Harus Turun Tangan

Penulis: Cak Sur |
[caption id="attachment_178362" align="alignleft" width="300" caption="KEPUNG - Ratusan warga Gadel Sari, Tandes, Surabaya mengepung balai RW 02 lalu mengusir Ny Siami, Kamis (9/6). Foto: surya/faiq nuraini"][/caption] Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) prihatin dengan kasus contek massal di SDN Gadel 2 Tandes, Surabaya. “Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) perlu segera merespons serius hal ini dengan membuat sistem Unas yang menjamin kejujuran dan ramah anak,” kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Badriyah Fayumi, saat dihubungi, Kamis (9/6). Selain itu, Badriyah juga mendesak Kemendiknas mengubah paradigma sekolah dan masyarakat bahwa Unas bukanlah vonis mati, sehingga harus menghalalkan beragam cara agar lulus. “Ini perlu mendapat perhatian. Bangsa ini bisa rusak jika sekolah tidak lagi menjadi tempat menanamkan pribadi jujur,” tandas Badriyah seperti dilansir Antara. Ia juga prihatin dengan nasib Al, anak yang dijadikan sumber contekan oleh wali kelasnya, dan orang tuanya yang melaporkan kasus contek massal itu ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang kini dimusuhi, bahkan diusir warga sekitar karena dianggap mencemarkan sekolah dan lingkungan setempat. “Fakta ini menunjukkan bahwa ketika ketidakjujuran berjalan sistematis dan massal, kejujuran malah jadi barang aneh yang dimusuhi,” kata Badriyah. Pembina Dewan Pendidikan Jatim, Profesor Daniel M Rosyid menilai, secara umum terjadinya kasus ini akibat kebijakan Unas yang tidak tepat. Sudah saatnya, Unas perlu dievaluasi supaya tidak memunculkan budaya mencontek lagi. Di sini perlunya semua elemen harus berubah. Misalnya saja, wali kota bisa mengatakan kepada Menteri Pendidikan, M Nuh bahwa Unas berdampak tidak sehat. ”Karena reputasi sekolah dan kepala sekolah dipertaruhkan,” ungkapnya. Namun demikian, ter­ung­kapnya kasus contek massal itu memiliki dampak positif, yakni masyarakat tahu bahwa budaya nyontek merupakan bibit korupsi, kebohongan, dan manipulasi. Daniel berharap, Unas tidak lagi sebagai penentu kelulusan. Tapi bisa dipakai untuk melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Daniel mengaku, setiap tahun mendapatkan laporan kecurangan Unas, baik melalui pesan singkat maupun telepon. Bahkan kepala sekolah sudah melihat bertahun-tahun. Menurutnya, terungkapnya contek massal merupakan gejala puncak gunung es. Hal yang biasa tapi tidak dipersoalkan. ”Ini kan tidak sehat,” katanya.. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta permusuhan antar warga akibat kasus contekan di SDN Gadel dihentikan. "Warga harus saling menghargai perbedaan. Tidak usah ada permusuhan,” kata Risma. Risma mengakui, kasus itu merupakan kesalahan semua pihak termasuk pendidik. Karena itu, pihaknya akan sesegera mungkin memperbaikinya. ”Kita melakukan yang terbaik kadang-kadang masih ada yang seperti itu. Artinya, harus kembali ke relnya, namanya prestasi, kadang di atas kadang di bawah,” terangnya. Pengamat pendidikan Kresnayana mengatakan, guru memiliki beban berat. Paling berat adalah melawan orang tua. ”Seharusnya ada pusat pengaduan di sekolah supaya persoalan siswa tidak semua ditanggung guru, tapi ada jembatan untuk menyelesaikannya,” ujarnya.
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved